Wednesday, June 7, 2017

Kesindirian

                                                                    Sendiri ?

Sendiri bukanlah suatu kesepian yang haqiqi, sendiri merupakan sebuah ketenangan, sendiri bu

kan pula sebuah kemalangan, sendiri ialah sebuah penantiandan proses menuju sebuah kelayakan.

karena yang berdua tanpa halalnya sebuah ikatan adalah sebuah kesendirian, karena kesendirian ialah menanti dan menaati, dan kesendirian merupaka proses memantapkan dan memantaskan diri untuk yang lebih baik.

Bukankah kita terlahir ke dunia ini sendiri dan kembali kepada sang haqiqipun sendiri, jadi kenapa ??, kita tetap mempermasalahkan dengan status kesendirian, 

tetaplah menjadi pribadi yang menaati sampai tiba waktunya seseorang yang baik dan bahkan lebih baik dari apa yang kita harapkan , karena sang maha tau telah mempersiapkannya.

Jika kita percaya akan takdirnya jadi kenapa kita masih resah dan gelisah dengan keadaan tersebut.

apakah kita lupa dengan firman allah ta'ala yang terdapat pada QS. An Nur:26

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ ۚ أُولَٰئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ ۖ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).
ingatlah ayat tersebut karena janji sang haqiqi selalu pasti.


#Pria_Sederhana_Tapi_Istimewa



Saturday, June 3, 2017

Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Pengawas pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sekolah adalah untuk anak didik. Tugas utama pendidik (guru) adalah mengusahakan agar setiap anak didik dapat belajar dengan efektif; baik secara individual ataupun secara kelompok. Artinya, mereka patut merasa betah atau merasa senang belajar di sekolah dan mereka dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi. Karena itu diperlukanlah peran guru dalam mengelola kelas dengan baik agar dapat menunjang terciptanya proses belajar yang menyenangkan dan pencapaian prestasi belajar yang tinggi itu, Pemimpin memiliki peranan yang dominan dalam sebuah organisasi. Ini dapat mempengaruhi moral kepuasan kerja keamanan, kualitas kehidupan kerja dan yang terpenting tingkat prestasi suatu organisasi untuk mencapai tujuan mereka. Bagaimanapun juga kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan.
Makalah kami akan membahas tentang peran kepala sekolah atau seorang pemimpin dan rencana penyajian pelajaran oleh guru sebagai pengawas akademis, serta fungsi pengawasannya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana fungsi kepala sekolah sebagai pengawas akademis?
2.      Apa saja fungsi pengawasan akademis?
3.      Bagaimana rencana penyajian pelajaran oleh guru?










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Pengawas Akademis
Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala sekolah juga harus memahami tugas dan kedudukan karyawan-karyawannya atau staf sekolah yang dipimpinnya. Sehingga pembinaan yang dilakukan berjalan dengan baik dan tidak membingungkan. Dalam menjalankan tugas, kepala sekolah harus memiliki pengetahuan yang luas dan hubungan yang dekat dengan seluruh kariyawan. Hal tersebut sesuai fungsi dan tugasnya yang sangat strategis dalam pembinaan dan pengawasan para guru dan karyawan sekolah secara langsung. Ia bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan sekolah, mengatur proses belajar mengajar, mengatur hal-hal yang menyangkut kesiswaan, personalia, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelajaran, ketatausahaan, keuangan, serta mengatur hubungan dengan masyarakat.[1]
kepala sekolah memiliki sejumlah tugas dan tanggung jawab yang cukup berat. Untuk bisa menjalankan fungsinya secara optimal, kepala sekolah perlu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat. Fungsi dan tugas kepala sekolah dapat diakronimkan menjadi emanslime (education, manager, administrator, supervisor, leader, inovator, motivator dan entrepreneur).
1.         Peran sebagai educator, kepala sekolah berperan untuk mempengaruhi    dan  menggerakan dalam  pembentukan karakter  yang  didasari nilai-nilai    pendidik sebagai berikut kemampuan mengajar atau membimbing  peserta, dan membimbing guru.
2.         Peran sebagai manager, kepala sekolah berperan untuk mempengaruhi dan menggerakan sumber daya untuk mencapai tujuan institusi secara efektif dan efisien yaitu memiliki kemampuan menyusun program sekolah, menyusun program serta mampu  menggerakan warga sekolah.
3.         Perang sebagai administrator, kepala sekolah berperan dalam mempengaruhi dan menggerakan tata aksana sistem administrasi di sekolah sehingga efektif dan efisien yang meliputi memiliki kemampuan mengelola administrasi pembelajaran, administrasi peserta didik administrasi ketenagaan, dan administrasi keuangan dan sarpras.
4.         Peran sebagai supervisor, kepala sekolah berperan dalam upaya membantu mengembangkan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan lainnya. Kepala sekolah harus memiliki kemampuan sebagai berikut memiliki kemampuan menyusun program supervisi pendidikan, melaksanakan program supervisi, dan memanfaatkan hasil supervisi.
5.         Peran sebagai leader, kepala sekolah berperan dalam mempengaruhi dam menggerakan orang-orang untuk  bekerja sama dalam mencapai visi dan tujuan sekolah berperan sebagai pemimpin kepala sekolah memiliki kepribadian yang kuat, mampu menjadi teladan dan model, mampu memberikan layanan bersih, transparan, dan profesional.
6.         Peran sebagai innovator, kepala sekolah adalah pribadi yang dinamis dan kreatif yang tidak terjebak dalam rutinitas. Dalam hal ini kepala sekolah harus memiliki kemampuan melaksanakan reformasi ke arah perubahan lebih baik.
7.         Peran sebagai motivator, kepala sekolah harus mampu mempengaruhi, menggerakan, memperdayakan, dan mendorong sehingga seluruh  komponen pendidikan dapat berkembang secara professional.
8.         Peran sebagai entrepreneur, kepala sekolah berperan untuk melihat adanya peluang dan memanfaatkan peluang untuk kepentingan sekolah untuk menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah.
Pada dasarnya sulit dibedakan antara karakteristik kepala sekolah efektif berdasarkan sikap, harapan, dan prilaku nyata mereka (Davis & Thomas, 1989: 28) membuat ilustrasi bahwa pemimpin intruksional yang baik juga memantau kemajuan pengajaran dengan mengamati guru ketika mengajar di kelas dan member timbale balik setelah setiap observasi.[2]
B.     Fungsi Pengawasan Akademis
Tugas seorang pengawas lebih tinggi daripada penilik. Sebab, ia adalah penilai kinerja para penilik dan kepala sekolah dalam menjalankan fungsi mereka sebagai supervisor. Jadi, dapat dipahami bahwa kepala sekolah, penilik, dan pengawas memiliki tugas yang secara substansial sama. Hanya saja wewenangnya berbeda.[3]
Tugas pokok pengawas adalah menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas menilai dan membina membutuhkan kemampuan dalam hal kecermatan melihat kondisi sekolah, ketajaman analisis dan sistensis, ketepatan memberikan treatmen yang diperlukan serta komunikasi yang baik antara pengawas sekolah dengan setiap individu di sekolah. Arti pembinaan sendiri adalah arahan, bimbingan, dan saran dalam melaksanakan tugasnya. Dengan kemampuan-kemampuan tersebut diharapkan pengawas sekolah dapat menjadi partner kerja yang serasi dengan pihak sekolah dalam memajukan sekolahnya. Berkaitan dengan ini, maka seorang pengawas pendidikan di sekolah haruslah seorang yang professional, tidak boleh dijalankan oleh sembarang orang, pengawas yang professional tersebut mengarah pada pengawas yang memenuhi kualifikasi akademik tertentu, serta harus memenuhi persyaratan pengalaman kerja dan pengalaman lainnya yang dapat menunjang aktivitas kepengawasan yang ia jalankan.[4]
Menurut Mukhtar dan iskandar, pengawas sekolah harus mempunyai kompetensi, yakni pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang dicapai seseorang.
C.    Penyajian Pelajaran Oleh Guru
Langkah-langkah yang patut dilakukan guru dalam penyusunan RPP adalah sebagai berikut:
1.      Ambillah satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan dalam pembelajaran.
2.      Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar  yang terdapat dalam unit tersebut.
3.      Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.
4.      Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut.
5.      Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingindicapai dalam pembelajaran tersebut.
6.      Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/dikenakan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
7.      Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran.
8.      Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran, yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
9.      Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2 (dua) jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran atau sifat/tipe/ jenis materi pembelajaran.
10.  Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran secara konkret dan untuk setiap bagian/unit pertemuan.
11.  Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrument penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Jika instrument penilaian berbentuk tugas, rumuskan tugas tersebut secara jelas dan bagaimana rambu-rambu penilaiannya. Jika instrument penilaian berbentuk soal, cantumkan soal-soal tersebut dan tentukan rambu-rambu penilaiannya dan atau kunci jawabannya. Jika penilaiannya berbentuk proses, susunlah rubriknya dan indikator masing-masingnya.
Prinsip-prinsip penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (PERMENDIKNAS NO.19 TAHUN 2005) sebagai berikut:
1.         Memperhatikan perbedaan individu peserta didik.
2.         Mendorong partisipasi peserta didik.
3.         Mengembangkan budaya membaca dan menulis.
4.         Memberi umpan balik dan tindak lanjut.
5.         Keterkaitan dan keterpaduan.
6.         Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.
         Persiapan atau perencanaan lebih ditekankan pada persiapan atau prencanaan akademis. Beberapa kegiatan penting yang perlu dilakukan pada tahapan ini:
1.      gGuru mengecek atau membuat silabus;
2.      Guru menentukan tujuan pembelajaran;
3.      Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP);
4.      Guru memilih model intruksi yang dipakai dan lain bantu pengajaran lain yang  relevan;
5.      Guru menentukan cara penilaian atau evaluasi yang akan dipakai untuk mengetahui   kemajuan belajar siswa;
6.      Guru menentukan kapan pengajaran dimulai dan dimana pengajaran itu dilaksanakan;
7.      menentukan buku bacaan wajib dan pilihan; dan
8.      Guru membuat ringkasan informasi pelajaran yang dituliskan dua atau tiga halaman dan dibagikan kepada siswa, agar semua yang disampaikan atau dijelaskan oleh guru dapat dimengerti oleh siswa. (PERMENDIKNAS NO. 19 TAHUN 2005)
             Disamping mempersiapkan hal-hal yang bersifat teknis tersebut, pengajar perlu melakukan persiapan akademis dalam arti bahwa ia juga harus belajar dan menguasai apa yang akan diajarkan. Bila pengajar khawatir lupa atau  bahan ajar yang diberikan itu tidak sistematis, maka pengajar tersebut harus membuat catatan yang berupa ringkasan bahan ajar atau sekedar garis-garis besar dari apa yang akan diberikan.


[1] Jamal Ma’mur Asamani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, (Jogyakarta: Diva Press, 2012), cet. 1, hlm. 52-53
[2] M. Sulton Masyhud, Manajemen Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2014), cet.1, hlm. 183
[3] Herabuddin, Administrasi & Supervisi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), cet. 1, hlm. 216
[4] Sulthon Masyhud, Manajemen Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2014), cet.1, hlm. 88

Pengertian, Proses, Jenis-jenis Komunikasi.



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia pada umumnya dan Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi pun juga dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara manusia berkomunikasi secara drastis. Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, akan tetapi bisa dengan senyuman, anggukan kepala yang membenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama.
Bahkan komunikasi juga merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok ataupun organisasi, selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari atasan dan bawahannya. Di antara kedua belah pihak (atasan dan bawahan) harus ada komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Komunikasi?
2.      Bagaimana proses komunikasi?
3.      Apa saja jenis-jenis Komunikasi?
4.      Apa saja yang menjadi hambatan dalam Komunikasi?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian  Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya. Jika tidak terjadi kesamaan antara kedua aktor komunikasi yaitu komunikator dan komunikan itu, dengan kata lain perkataan komunikan tidak mengerti pesan yang diterimanya, maka komunikasi tidak terjadi. Dalam rumusan lain situasi tidak komunikatif.[1]
Komunikasi didefinisikan sebagai penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim kepada penerima, baik secara lisan, tertulis maupun menggunakan alat komunikasi. Pertukaran informasi yang terjadi di antara pengirim dan penerima tidak hanya di lakukan dalam bentuk tertulis, tetapi juga menggunakan alat komunikasi canggih.[2]
B.     Proses Komunikasi
Terdapat beberapa Proses Komunikasi diantaranya:
1.      Pengirim (sender)
Pengirim adalah orang yang mempunyai ide atau informasi untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya.
2.      Penyandian atau kode. (Encoding)
Penyandian Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan.
3.      Pesan (Message)
Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat berupa verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
4.      Saluran (Channel)
Saluran atau sering juga disebut dengan media merupakan saluran yang akan dipakai untuk menyampaikan pesan. Saluran yang paling mendasar dari komunikasi antar pribadi adalah komunikasi berhadapan muka secara langsung. Beberapa saluran media utama seperti televisi, radio, jaringan computer surat kabar, majalah, buku dan lain sebagainya.
5.      Penerima (Receiver)
Penerima adalah orang yang menerima informasi dari pengirim. Penerima melakukan proses penafsiran atas informasi yang di terima dari pengirim.
6.      Penafsiran (Decoding)
Proses menerjemahkan  pesan dari pengirim, seperti mengartikan huruf morse dan sejenisnya. Sebagian besar proses penafsiran ini dilakukan dalam bentuk menafsirkan isi pesan oleh penerima.
7.      Umpan balik ( feedback )
Umpan balik pada dasarnya merupakan tanggapan penerima atas informasi yang di sampaikan pengirim. Atau juga isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun non verbal. Tanpa  feedback seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap si  penerima pesan. Hal ini penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Feedback dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang  bukan penerima pesan. Feedback yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan feedback langsung yang mengandung pemahaman atas  pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak. Dan feedback sendiri bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan.
8.      Gangguan (Noise)
Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya atau bisa di katakan bahwasannya Gangguan adalah setiap faktor yang mengganggu penyampaian atau penerimaan pesan dari pengirim kepada penerima. Gangguan dapat terjadi pada setiap elemen komunikasi.
C.     Jenis-Jenis Komunikasi
Menurut Stephen P. Robbins, komunikasi terdiri dari komunikasi verbal yakni berupa komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Dan komunikasi Non verbal.
1.      Komunikasi Verbal
a.    Komunikasi Lisan
Sarana utama satu individu melakukan komunikasi dengan individu lainnya adalah melalui lisan dengan cara berbicara, berpidato, mengobrol, diskusi kelompok dan lain sebagainya. Salah satu keuntungan dari komunikasi lisan adalah kecepatan dalam umpan balik yang dihasilkannya. Pesan verbal dapat disampaikan dan tanggapan diterima dalam waktu yang relatif singkat.
Disamping memilik keuntungan diatas, komunikasi dengan lisan pun memiliki kerugian. Kerugian terbesar dari komunikasi lisan yang muncul dalam organisasi adalah ketika pesan yang disampaikan harus melewati sejumlah orang. Semakin banyak orang yang dilewati oleh pesan itu maka semakin besar pula kemungkinan pesan tersebut mengalami distorsi. Dalam organisasi, dimana setiap keputusan dan komunikasi lainnya disampaikan dari atasan kepada bawahan secara verbal melalui lisan maka hal ini memungkinkan untuk terjadinya distorsi pada pesan tersebut.
b.    Komunikasi Tulisan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah terbiasa melakukan komunikasi secara tertulis. Diantara media yang sering digunakan untuk melakukan komunikasi tertulis ini diantaranya memo, surat, email, fax, sms, laporan berkala organisasi, pengumuman di papan, buletin dan alat-alat lain yang dikirimkan via kata-kata secara tertulis.
Salah satu keuntungan penggunaan komunikasi tulisan ini adalah karena komunikasi tulisan ini berwujud dan dapat dibuktikan atau dapat dijadikan sebagai bukti. Umumnya, baik pengirim maupun penerima memiliki catatan komunikasi. Pesan dapat disimpan dalam waktuyang lama. Jika ada pertanyaan mengenai isi pesan tersebut, maka secara referensi dicatat dan dapat dijadikan rujukan untuk referensi selanjutnya.
Kelebihan seperti ini tentu saja merupakan keuntungan tersendiri bagi sebuah organisasi. Misalnya saja pesan ini berisi tugas yang harus dikerjakan oleh anggota dari oragisasi tersebut selama beberapa bulan. Dengan menyampaikannya secara tertulis, maka ini dapat dijadikan pedoman selama tenggang waktu tertentu atau selama tugas dan tujuan tersebut belum tercapai.
selain mempunyai kelebihan seperti telah diutarakan diatas, pesan tertulis juga mempunyai kekurangan. Pesan tertulis dapat memakan waktu yang relatif lebih lama daripada pesan yang disampaikan melalui lisan. Dengan demikian meskipun menulis jauh lebih akurat tetapi menulis juga dapat memakan waktu yang relatif lama.
2.      Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Yang termasuk komunikasi non verbal :
1)             Ekspresi wajah, wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
2)             Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya.
3)             Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
4)             Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
5)             Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
6)             Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan. Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stres.[3]
D.    Hambatan Komunikasi
Stephen P. Robbins (2006), mengatakan bahwa ada enam hal yang dapat menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif, yaitu:
1.    Penyaringan
        Hambatan yang pertama dalam komunikasi adalah penyaringan. Penyaringan merupakan suatu proses komunikasi dimana tidak semua informasi disampaikan. Hanya informasi yang dirasa perlu dan menguntungkan saja yang disampaikan. Tetapi sekiranya informasi itu akan mendatangkan kerugian maka informasi tersebut tidak seutuhnya atau bahkan tidak sama sekali disampaikan.
        Sebab utama dari penyaringan adalah karena adanya jumlah lelvel dalam struktur organisasi. Semakin vertical level dalam hierarki organisasi, semakin banyak terjadinya peluang penyaringan. Factor-faktor seperti ketakutan menyampaikan kabar burukdan keinginan untuk menyenangkan atasan sering menyebabkan seseorang untuk memberi informasimengenai apa yang mereka pikiringin didengarkan oleh atasan mereka. Kondisi seperti ini mendistorsi komunikaso ke atas.
2.    Persepsi selektif
Biasanya penerima dalam proses komunikasi secara selektif menerima dan mendengar berdasarkan kebutuhan, motivasi, pengalaman, latar belakang, dan karakteristik personal lainnya. Para penerima juga menjelaskan minat dan harapan mereka ke dalam proses komunikasi. Dengan adanya persepsi selektif ini memungkinkan bagi kita untuk tidak melihat realitas tetapi menafsirkan apa yang kita lihat dan menyebutnya sebagai realitas.
3.      Informasi berlebih
Dalam proses komunikasi adakalanya seseorang menambah atau mengurangi informasi yang diddapat dan disampaikannya. Hal ini dikarenakan kapasitas seseorang untuk mengolah data terbatas. Sehingga ketika informasi yang diterima oleh seseorang melebihi kapasitasnya yang dapat mereka pilah dan gunakan maka orang akan cenderung menyeleksi, mengabaikan, melewati, atau melupakan informasi tersebut atau menghentikan pengolahan sampai situasi berlebih itu lewat. Tidak peduli apakah akibatnya kehilangan informasi ataupun komunikasi yang efektif.
4.      Emosi
Emosi dapat mempengaruhi komunikasi. Misalnya pesan yang diterima seseorang ketika ia sedang marah atau kesal dibandingkan dengan ketika ia sedang senang atau ceria akan berbeda tingkat keefektifan komunikasinya.
5.    Bahasa
Dalam bahasa yang kita gunakan sehari-hari, kerap kali ada kata yang bisa mengandung banyak makna ketika diucapkan. Usia, pendidikan, dan latar belakang budaya merupakan tiga dari variable-variabel yang begitu mempengaruhi bahasa yang digunakan seseorang dan definisi yang diberikan ke kata-kata itu.
Dalam sebuah organisasi biasanya terdiri dari anggota yang berbeda-beda, baik latar belakang pendidikan, budaya, dan usianya. Kemudian mereka juga dibagi-bagi kedalam beberapa hierarki organisasi sesuai dengan spesialisasinya masing-masing. Masalah dalam memahami penggunaan bahasa ini adalah anggota organisasi biasanya tidak tahu bagaimana orang yang dia ajak berinteraksi telah memodofikasi bahasa itu. Para pengirim cenderung berasumsi bahwa kata-kata dan istilah-istilah yang mereka gunakan adalah sama, baik bagi dirinya maupun bagi penerima informasi tersebut. Tentu saja hal semacam ini dapat menjadikan komunikasi menjadi tidak efektif.
6.    Kegelisahan komunikasi
Menurut Stephen P. Robbins (2006), diperkirakan 5-20% dalam populasi menderita kegelisahan atau kecemasan dalam melakukan komunikasi. Seringkali orang merasa takut ketika berbicara di depan umum. Mereka mengalami ketegangan dan kecemasan yang tidak pada tempatnya baik dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Berbagai studi menunjukkan bahwa orang seperti itu selalu menghindari situasi yang menuntut mereka terlibat dalam komunikasi.


[1] Effendi, Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993), hal. 30
[2] Sopiah,. Perilaku organisasional.( Yogyakarta: C. V ANDI OFFSET, 2008), hal. 141
[3] Stephen P Robbins, Prilaku organisasi jilid 2, (Jakarta: Indeks,2003).