Wednesday, December 16, 2015

Organisasi dan Pengorganisasian



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Organisasi adalah sesuatu yang abstrak (kasat mata), walaupun banyak orang yang bekerja dan hidup dari organisasi namun tidak seorangpun yang pernah melihat atau menyentuh organisasi. Kita bisa melihat barang atau merasakan manfaat jasa yang diberikan oleh suatu organisasi, bahkan mengenal siapa saja yang bekerja di dalamnya, tetapi jarang sekali kita mengetahui apa alasan dan motivasi organisasi tersebut menyediakan barang/jasa itu, atau bagaimana cara mengontrol dan mempengaruhi para anggotanya. Semua itu tidaklah terlihat oleh mata banyak orang yang berada di luar organisasi tersebut.
Sepintas pengorganisasian adalah biasa dan lumrah dibicarakan. Yang tidak biasa adalah kenyataan sukarnya kualitas sempurna pengorganisasian dicapai. Hal tersebut, karena salah satu unsur yang termasuk sumber daya tidak lain yaitu manusia, bahkan manusia dalam keberadaannya sangat vital. Sayangnya yang berjuluk manusia itu rakus sebagaimana ilmu ekonomi menyebut homo economicus.
Kerakusan yang menjadi penyebab inti bekerjasama didominasi kepentingan pribadi. Berbeda dengan ilmu ekonomi, manusia dijuluki ilmu manajemen sebagai homo oeconomicus yang senang bekerjasama. Kiranya aoptimalisasi kualitas pengorganisasian dapat kita tempuh dengan cara mengelola manusia rakus sedemikian rupa hingga bekerjasama mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal inilah yang melatarbelakangi disusunnya makalah ini.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari pengorganisasian dan proses pengorganisasian?
2.      Bagaimana struktur organisasi?
3.      Bagaimana wewenang dan kekuasaan dalam pengorganisasian?
4.      Bagaimana penjalasan dari sentralisasi dan desentralisasi?


























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pengorganisasian dan Proses Pengorganisasian
Kata organisasi berasal dari bahasa Inggris organization yang bentuk invinitifnya adalah to organize. Kata tersebut berasal dari kata Yunani organen yang berarti sebagian atau susunan.[1] Kata  to organize artinya menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain, yang tiap-iap bagian mempunyai fungsi tersendiri sesuai dengan kapasitasnya.
Organisasi adalah struktur antar hubungan pribadi yang berdasar atas dasar wewenang formal dan kebiasaan dalam suatu system administraasi.dalam organisasi terdapat susunan orang yang diberi tugas dan wewenang yang berbeda-beda yang disebut dengan struktur organisasi. Garis hierarkisnya menunjukkan jabatan, tugas, dan wewenang masing-masing, tetapi dalam pelaksanan program organisasi selalu ada hubungan fungsional organik.[2]
Sedangkan istilah pengorganisasian mempunyai bermacam-macam pengertian. Istilah tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan hal-hal berikut ini:
1.      Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif sumber daya-sumber daya keuangan, phisik, bahan baku, dan tenaga kerja organisasi;
2.      Bagaimana organisasi mengelompokkan kegiatan-kegiatanny, dimana setiap pengelompokkan diikuti dengan penugasan seorang manajer yang diberi wewenang untuk mengawasi anggota-anggota kelompok;
3.      Hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, jabatan-jabatan, tugas-tugas, dan para karyawan;
4.      Cara dalam mana para manajer membagi lebih lanjut tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam departemen mereka dan mendelegasikan wewenang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tersebut.
Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisas, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien. Proses pengorganisasian dapat ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur berikut ini:
1.      Perincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi;
2.      Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logik dapat dilaksanakan oleh satu orang. Pembagian kerja sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat diselesaikan, atau terlalu ringan sehingga ada waktu menganggur, tidak efisien dan terjadi biaya yang tidak perlu.
3.      Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. Mekanisme pengkoordinasian ini akan membuat para anggota organisasi menjaga perhatiannya pada tujuan organisasi dan mengurangi ketidak efisienan dan konflik-konflik yang merusak.
Pelaksanaaan proses pengorganisasian yang sukses, akan membuat suatu organisasi dapat mencapai tujuannya. Proses ini akan tercemin pada struktur organisasi yang mencakup aspek-aspek penting organisasi dan proses pengoraganisasian, yaitu: 1) pembagian kerja, 2) departementalisasi (atau sering disebut dengan istilah departementasi), 3) bagan organisasi formal, 4) rantai perintah dan kesatuan perintah, 5) tingkat-tingkat hirarki manajemen, 6) saluran komunikasi, 7) penggunaan komite, 8) rentang manajemen dan kelompok-kelompok informal yang tak dapat dihindarkan.[3]
B.     Struktur Organisasi
Struktur Organisasi (disain organisasi) dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian, atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Struktur ini mengandung unsure-unsur spesialisasi kerja, standardisasi, koordinasi sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran (ukuran) satuan kerja.
Adapun faktor-faktor utama yang menentukan perancangan struktur organisasi adalah sebagai berikut:
1.      Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya. Chester I. Barnard (1962) dalam bukunnya in the History of the American Industrial Enterprise telah menjelaskan hubungan strategi dan struktur organisasi dalam studinya pada perusahaan-perusahaan industry di Amerika. Dia pada dasarnya menyimpulkan bahwa “struktur mengikuti strategi”. Strategi akan menjelaskan bagaimana aliran wewenang dan saluran komunikasi dapat disusun diantara para manajer dan bawahan. Aliran kerja sangat dipengaruhi strategi, sehingga bila strategi berubah maka struktur organisasi juga akan berubah;
2.      Teknologi yang digunakan. Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi barang-barang atau jasa akan membedakan bentuk struktur organisasi;
3.      Anggota (karyawan) dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi. Kemampuan dan cara berpikir para anggota, serta kebutuhan mereka untuk bekerjasama harus diperhatikan dalam merancang struktur organisasi. Kebutuhan manajer dalam pembuatan keputusan juga akan mempengaruhi saluran komunikasi, wewenang dan hubungan di antara satuan-satuan kerja pada rancangan struktur organisasi. Disamping itu, orang-orang di luar oraganisasi perlu dipertimbangankan dalam penyusunan struktur;
4.      Ukuran organisasi. Besarnya organisasi secara keseluruhan maupun satuan-satuan kerjanya akan sangat mempengaruhi struktur organisasi. Semakin besar ukuran organisasi, struktur organisasi akan semakin kompleks, dan harus dipilih bentuk struktur yang tepat.
Sedangkan unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari:
1.      Spesialisasi kegiatan berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas individual dan kelompok kerja dalam organisasi (pembagian kerja) dan penyatuan tugas-tugas tersebut menjadi satuan-satuan kerja (departementalisasi);
2.      Standardisasi kegiatan, merupakan prosedur-prosedur yang digunakan organisasi untuk menjamin terlaksananya kegiatan seperti yang direncanakan;
3.      Koordinasi kegiatan, menunjukkan prosedur-prosedur yang mengintegrasikan fungsi-fungsi satuan-satuan kerja dalam organisasi;
4.      Sentralisasi dan disentralisasi pembuatan keputusan, yang meunjukkan lokasi (letak) kekuasaan pembuatan keputusan;
5.      Ukuran satuan kerja menunjukkan jumlah karyawan dalam suatu kelompok kerja.[4]
Bagan organisasi memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, departemen-departemen, atau posisi-posisi organisasi dan menunjukkan hubungan di antaranya. Bagan organisasi memperlihatkan lima aspek utama suatu struktur organisasi:
1.      Pembagian kerja;
2.      Manajer dan bawahan atau rantai perintah;
3.      Tipe pekerjaan yang dilaksanakan;
4.      Pengelompokkan segmen-segmen pekerjaan;
5.      Tingkatan manajemen.
Henry G. Hodges mengemukakan empat bentuk bagan organisasi:
1.      Bentuk pyramid;
2.      Bentuk vertical;
3.      Bentuk horizontal;
4.      Bentuk lingkaran.
Rancangan struktur organisasi lembaga pendidikan dapat menggunakan pola-pola struktur matriks yang merupakan pilihan rancangan struktur lembaga pendidikan yang populer dengan menggabungkan dua bentuk departementalisasi, yaitu fungsional dan produk. Kekuatan departementalisasi fungsional terletak pada penempatan para spesialis yang serupa secara bersama, dan meminimalkan jumlah yang diperlukan, serta memungkinkan pengumpulan dan penggunaan bersama sumber daya khusus untuk semua produk. Sedangkan, departementalisasi produk memudahkan koordinasi di antara para spesialis untuk mencapai penyelesaian tepat waktu dan memenuhi target anggaran. Lebih lanjut, departementalisasi produk memberikan tanggung jawab yang jelas untuk semua aktivitas yang terkait dengan produk tertentu, tetapi menghasilkan aktivitas dan biaya ganda. Matriks berupaya memperoleh kekuatan dari masing-masing struktur itu sambil menghindarkan kelemahan keduannya.[7]
C.    Wewenang dan Kekuasaan dalam Pengorganisasian
Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu  agar tercapai tujuan tertentu. Ada dua pandangan yang saling berlawanan mengenai sumber wewenang, yaitu 1) teori formal (atau sering disebut pandangan kalsik) dan 2) teori penerimaan.
Pandangan wewenang formal menyebutkan bahwa wewenang adalah dianugrahkan; wewenang ada karena seseorang diberi aau dilimpahi atau diwarisi hal tersebut. Sedangkan, pandangan teori penerimaan (acceptance theory of authority) menyanggah pendapat bahwa wewenang dapat dianugrahkan. Teori penerimaan (aliran perilaku) berpendapat bahwa wewenang seseorang timbul hanya bila hal itu diterima oleh kelompok atau individual kepada siapa wewenang tersebut dijalankan. Pandangan ini menyatakan kunci dasar wewenang ada dalam yang dipengaruhi (influencee) bukan yang mempengaruhi (influencer). Jadi, wewenang itu ada atau tidak tergantung pada penerima (receiver), yang memutuskan menerima atau menolak.[8]
Kekuasaan (power) sering dicampur adukkan dengan wewenang. Meskipun kekuasaan dan wewenang sering ditemui bersama, tetapi keduanya berbeda. Bila wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu, kekuasaan adalah kemampuan untuk melakukan hak tersebut. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok, keputusan atau kejadian. Wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa wewenang akan menyebabkan konflik dalam organisasi.
Menurut Amitai Etzioni, seorang pemimpin dapat mempengaruhi perilaku adalah hasil dari kekuasaan posisi (kedudukan atau jabatan) atau kekuasaan pribadi atau kombinasi dari keduanya.
Kekuasaan posisi (position power) didapat dari wewenang formal suatu organisasi. Besarnya kekuasaan ini tergantung seberapa besar wewenang didelegasikan kepada individu yang menduduki posisi tersebut. Kekuasaan posisi akan semakin besar bila atasan telah mempercayai individu itu.
Kekuasaan pribadi (personal power) di lain pihak, di dapatkan dari para pengikut dan didasarkan atas seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada seorang pemimpin.
Ada banyak sumber kekuasaan. Kekuasaan dapat diklasifikasikan atas dasar sumbernya seperti balas-jasa, paksaan, sah, pengendalian informasi, panutan, dan ahli. Empat pertama berhubungan dengan kekuasaan posisi dan dua lainnya kekuasaan pribadi.
Keluasan wewenang dan kekuasaan. Semua anggota organisasi mempunyai peraturan, kode etik, atau batasan-batasan tertentu pada wewenangnya. Lingkupan wewenang dan kekuasaan manajerial ini akan semakin luas pada manajemen puncak suatu organisasi dan semakin menyempit pada tingkatan yang lebih endah dari rantai komando.[9]
D.    Sentralisasi dan Desentralisasi
Faktor penting lainnya yang menentukan efektifitas organisasi adalah derajat sentralisasi atau desentralisasi wewenang. Konsep sentralisasi seperti konsep delegasi, berhubungan dengan derajat dimana wewenang dipusatkan atau disebarkan. Bila delegasi biasanya berhubungan dengan seberapa jauh manajer mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan yang secara langsung melapor kepadanya, desentralisasi adalah konsep yang lebih luas dan berhubungan dengan seberapa jauh manajemen puncak mendelegasikan wewenang ke bawah ke divisi-divisi, cabang-cabang atau satuan-satuan organisasi tingkat lebih bawah lainnya.[10]
Dalam ilmu manajemen, pengertian desentralisasi adalah delegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakkan kepada mananjer atau orang-orang yang membuat keputusan dan kebijakan pada manajer atau orang-orang yang berada pada level bawah dalam suatu struktur organisasi. Adapun sentralisasi  adalah pemusatan wewenang dalam pengambilan keputusan. Seluruh cabang dan unit yang ada di bawahnya tidak memiliki wewenang dalam membuat keputusan sebab semua keputusan, secara keseluruhan, merupakan hak organisasi di tingkat pusat.
Dalam lembaga pendidikan, sistem sentralisasi masih berlaku, seperti keputusan penganggaran pendidikan, naik pangkat untuk guru dan dosen golongan IVa ke atas sepenuhnya ditentukan oleh pusat, termasuk pengangkatan pegawai.[11] Sedangkan sistem desentralisasi lebih bersifat fungsional, misalnya setelah dilakukan pembagian departemen yang berupa fakultas-fakultas dan jurusan, tugas dan fungsinya akan berkaitan secara langsung dengan penyelenggaraan akademik yang jelas.
Berkaitan dengan asas desentralisasi, berbagai lembaga pendidikan dituntut untuk meningkatkan akuntabilitas institusinya di mata masyarakat sebagai konsumen pendidikan. Sekolah dan penguruan tinggi memerlukan kurikulum yang relevan memperhitungkan kebutuhan masyarakat atau sering disebut sebagai kurikulum berbasis budaya lokal.
Lembaga pendidikan yang menerapkan asas desentralisasi akan meningkatkan kinerja seluruh pengelolanya dan terutama para dosen dan para guru. Satu hal lagi yang paling penting adalah membuat open manajemen dalam pertanggungjawaban segala sesuatunya akan lebih terbuka dan ini sangat memotivasi para pendidik untuk lebih berprestasi dalam melaksanakan tugasnya. Pada dasarnya, desentralisasi yang dilaksanakan dalam konteks manajemen berbasis sekolah, sama dengan pelimpahan wewenang kepada pihak penyelenggara pendidikan atau sekolah, untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemennya secara terbuka menurut kebutuhan sekolah.[12]
Keuntungan-keuntungan deentralisasi adalah sama dengan keuntungan-keuntungan delegasi, yaitu mengurangi beban manajer pucak, memperbaiki pembuatan keputusan karena dilakukan dekat dengan permasalahan, meningkatkan latihan, moral dan inisiatif manajemen bawah, dan membuat lebih fleksibel dan lebih cepat dalam pembuatan keputusan. Keuntungan-keuntungan ini tidak berarti bahwa desentralisasi “baik” dan sentralisasi “jelek”, karena tidak ada organisasi yang sepenuhnya dapat disentralisasi atau didesentralisasi.[13]











BAB III
PENUTUPAN
A.    Kesimpulan
Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisas, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien.
Struktur Organisasi (disain organisasi) dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian, atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.
Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu, kekuasaan adalah kemampuan untuk melakukan hak tersebut. Wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa wewenang akan menyebabkan konflik dalam organisasi.
Desentralisasi adalah delegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakkan kepada mananjer atau orang-orang yang membuat keputusan dan kebijakan pada manajer atau orang-orang yang berada pada level bawah dalam suatu struktur organisasi. Adapun sentralisasi  adalah pemusatan wewenang dalam pengambilan keputusan.
B.     Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, Oleh karena itu penulis mengharapkan kepada para pembaca agar memberikan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Lumbantoruan Magdalena, Eksiklopedi Ekonomi Bisnis dan Manajement, Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1992.
Hikmat, Manajemen Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Handoko T. Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1999.
U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2012.


[1] Magdalena Lumbantoruan, Eksiklopedi Ekonomi Bisnis dan Manajement, (Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1992), 374.
[2] Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 177.
[3] T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1999), 168-169.
[4] Ibid, 168-171.
[7] U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), 110-111.
[8] T. Hani Handoko, Manajemen, 212.
[9] Ibid, 213-216.
[10] T. Hani Handoko, Manajemen, 228-229.
[11] Hikmat, Manajemen Pendidikan, 195.
[12] Ibid, 197-200.
[13] T. Hani Handoko, Manajemen, 229.

No comments:

Post a Comment