Wednesday, December 16, 2015

Tujuan Hakikat Manusia



TINJAUAN HAKIKAT MANUSIA
            Pembahasan tentang jati diri manusia itu memang sangat luas, terlalu lebar dan panjang untuk diungkapkan,untuk itu saya memfokuskan tentang Hakikat Manusia. hakikat manusia telah dimulai sejak jaman dahulu dan terus berlangsung sampai saat ini. Manusia adalah satu kata yang sangat bermakna dalam, dimana manusia adalah makhluk yang sangat sempurna dari makhluk-makhluk lainya. Makhluk yang sangat spesial dan berbeda dari makhluk yang ada sebelumnya. Ternyata orang menyelidiki manusia dalam alam semesta merupakan bagian yang amat penting karena dengan uraian ini dapat diketahui dengan jelas tentang potensi yang dimiliki manusia serta peranan yang harus dilakukan dalam alam semesta. Karena adanya konsep tentang manusia maka akan sulit ditentukan arah yang akan dituju dalam pendidikan. Dalam berbagai literatur, ditemukan berbagai pandangan para ahli tentang hakekat manusia. Salah satu ahli di bidang filsafat dan antropologi Sastra Prateja mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang historis.
Menurut Sastra Prateja, apa yang kita peroleh dari pengamatan kita atas pengalaman manusia adalah suatu rangkaian antropological constants yaitu dorongan-dorongan dan orientasi yang tetap dimiliki manusia. Ada enam antropological constants yang dapat ditarik dari pengaman sejarah manusia,
1) Relasi manusia dengan kejasmanian, alam, dan lingkungan ekologi,
2) Keterlibatan dengan sesama,
 3) Keterikatan dengan struktur sosial dan institusional,
4) Ketergantungan masyarakat dan kebudayaan pada waktu dan tempat,
 5) Hubungan timbal balik antara teoridan praktis,
 6) kesadaran religius dan para-religius.
 Keenaman tropological constants tersebut merupakan satu sistesis dan masing-masing saling berpengaruh satu dengan lainnya.
Al-Qur'an menggambarkan manusia sebagai makhluk theomorfis yang memiliki sesuatu yang agung di dalam dirinya. Disamping itu manusia dianugerahi akal yang memungkinkan dia dapat membedakan nilai baik dan buruk, sehingga membawa dia pada sebuah kualitas tertinggi sebagai manusia takwa.
Al-Qur'an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Peristiwa yang menimpa Nabi Adam sebagai cikal bakal manusia,yang melakukan dosa dengan melanggar larangan Tuhan, mengakibatkan Adam dan istrinya diturunkan dari sorga, tidak bisa dijadikan argumen bahwa manusia pada hakikatnya adalah pembawa dosa turunan.
Al-Quran justru memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik (positif, haniif).
Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu. Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses pencapaiannya.
Dalam memahami manusia tentu harus dipedomani dengan pandangan islam sebagai tolak ukur yang mendasar untuk mengetahui sesungguhnya apa hakikat manusia. Dalam pandangan Islam manusia tercipta dari dua unsur yaitu unsur materi dan non materi, dari pengertiannya bahwa dimensi materi bermakna manusia adalah al-jism dan dimensi non-materi bermakna al-ruh. Masalah tersebut nampak merupakan rangkaian kegiatan yang bisa ditinggalkan oleh manusia, yang secara umum dapat dikatakan bahwa dalam bereksistensi manusia tidak bisa melepaskan dari ketergantungannya kepada orang lain. bahwa kualitas manusia berada diantara naluri dan nurani. Dalam rentetan seperti itulah manusia berperilaku, baik perilaku yang positif maupun yang negatif. Fungsi intelegensi dapat menaikkan manusia ke tingkat yang lebih tinggi. Namun intelegensi saja  tidaklah cukup melainkan harus diikuti dengan nurani yang tajam dan bersih. Nurani (mata batin, akal budi) dipahami sebagai superego, sebagiconscience atau sebagai nafsu muthmainnah (dorongan yang positif).Manusia bisa berkulitas kalau ia memiliki kebebasan untuk berbuat dan kehendak. Tetapi kebebasan disini bukanlah melepaskan diri dari kendali rohani dan akal sehat, melainkan upaya kualitatif untuk mengekspresikan totalitas kediriannya, sambil berjuang keras untuk menenangkan diri sendiri atas  dorongan naluriah yang negatif dan destruktif. Jadi kebebasan yang dimaksudkan disini adalah upaya sadar untuk mewujudkan kualitas dan nilai dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi secara bertangung jawab. Kualitas dan nilai manusia akan terkuak bila manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan naluri bebasnya itu berdasarkan pertimbangan aqliah yang dikaruniai Allah kepadanya dan dibimbing oleh cahaya iman yang menerangi nuraninya yang paling murni.
Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk sempurna yang diciptakan dalam keadaan sebaik-baiknya oleh Allah SWT memiliki akal, hati nurani dan daya pikir yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingan dengan makhluk lain. Maka, sudah sepatutnya manusia wajib mensyukuri segala karunia tersebut dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. Disamping itu, sebagai khalifah, manusia harus menjaga dan melestarikan alam dan makhluk ciptaan Allah lainnya dalam kehidupan sehari-hari . Serta mengamalkan segala ilmu yang dimiliki ke dalam kehidupan sehari–hari. Disamping itu agama sangat penting bagi manusia. Melalui adanya agama, maka manusia dapat senantiasa menjalankan segala kewajibannya disertai dengan menjaga keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Saran
Sebagai umat Allah, manusia wajib menjalankan ibadah kepada Allah SWT serta memelihara dan mengelola apa yang ada di alam atau dunia untuk kepentingan hidupnya dengan berdasarkan ketentuan Allah SWT. Selain itu, manusia juga harus mampu memaksimalkan segala potensi yang ada pada diri masing–masing individu. Manusia juga dituntut untuk terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia sebagai makhluk dan khalifah di bumi.

No comments:

Post a Comment