Monday, December 28, 2015

Pengertian Komunikasi



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia pada umumnya dan Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi pun juga dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara manusia berkomunikasi secara drastis. Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, akan tetapi bisa dengan senyuman, anggukan kepala yang membenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama.
Bahkan komunikasi juga merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok ataupun organisasi, selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari atasan dan bawahannya. Di antara kedua belah pihak (atasan dan bawahan) harus ada komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Komunikasi?
2.      Bagaimana proses komunikasi?
3.      Apa saja jenis-jenis Komunikasi?
4.      Apa saja yang menjadi hambatan dalam Komunikasi?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian  Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya. Jika tidak terjadi kesamaan antara kedua aktor komunikasi yaitu komunikator dan komunikan itu, dengan kata lain perkataan komunikan tidak mengerti pesan yang diterimanya, maka komunikasi tidak terjadi. Dalam rumusan lain situasi tidak komunikatif.[1]
Komunikasi didefinisikan sebagai penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim kepada penerima, baik secara lisan, tertulis maupun menggunakan alat komunikasi. Pertukaran informasi yang terjadi di antara pengirim dan penerima tidak hanya di lakukan dalam bentuk tertulis, tetapi juga menggunakan alat komunikasi canggih.[2]
B.     Proses Komunikasi
Terdapat beberapa Proses Komunikasi diantaranya:
1.      Pengirim (sender)
Pengirim adalah orang yang mempunyai ide atau informasi untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya.
2.      Penyandian atau kode. (Encoding)
Penyandian Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan.
3.      Pesan (Message)
Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat berupa verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
4.      Saluran (Channel)
Saluran atau sering juga disebut dengan media merupakan saluran yang akan dipakai untuk menyampaikan pesan. Saluran yang paling mendasar dari komunikasi antar pribadi adalah komunikasi berhadapan muka secara langsung. Beberapa saluran media utama seperti televisi, radio, jaringan computer surat kabar, majalah, buku dan lain sebagainya.
5.      Penerima (Receiver)
Penerima adalah orang yang menerima informasi dari pengirim. Penerima melakukan proses penafsiran atas informasi yang di terima dari pengirim.
6.      Penafsiran (Decoding)
Proses menerjemahkan  pesan dari pengirim, seperti mengartikan huruf morse dan sejenisnya. Sebagian besar proses penafsiran ini dilakukan dalam bentuk menafsirkan isi pesan oleh penerima.
7.      Umpan balik ( feedback )
Umpan balik pada dasarnya merupakan tanggapan penerima atas informasi yang di sampaikan pengirim. Atau juga isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun non verbal. Tanpa  feedback seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap si  penerima pesan. Hal ini penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Feedback dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang  bukan penerima pesan. Feedback yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan feedback langsung yang mengandung pemahaman atas  pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak. Dan feedback sendiri bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan.
8.      Gangguan (Noise)
Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya atau bisa di katakan bahwasannya Gangguan adalah setiap faktor yang mengganggu penyampaian atau penerimaan pesan dari pengirim kepada penerima. Gangguan dapat terjadi pada setiap elemen komunikasi.[3]
C.     Jenis-Jenis Komunikasi
Menurut Stephen P. Robbins, komunikasi terdiri dari komunikasi verbal yakni berupa komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Dan komunikasi Non verbal.
1.      Komunikasi Verbal
a.    Komunikasi Lisan
Sarana utama satu individu melakukan komunikasi dengan individu lainnya adalah melalui lisan dengan cara berbicara, berpidato, mengobrol, diskusi kelompok dan lain sebagainya. Salah satu keuntungan dari komunikasi lisan adalah kecepatan dalam umpan balik yang dihasilkannya. Pesan verbal dapat disampaikan dan tanggapan diterima dalam waktu yang relatif singkat.
Disamping memilik keuntungan diatas, komunikasi dengan lisan pun memiliki kerugian. Kerugian terbesar dari komunikasi lisan yang muncul dalam organisasi adalah ketika pesan yang disampaikan harus melewati sejumlah orang. Semakin banyak orang yang dilewati oleh pesan itu maka semakin besar pula kemungkinan pesan tersebut mengalami distorsi. Dalam organisasi, dimana setiap keputusan dan komunikasi lainnya disampaikan dari atasan kepada bawahan secara verbal melalui lisan maka hal ini memungkinkan untuk terjadinya distorsi pada pesan tersebut.
b.    Komunikasi Tulisan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah terbiasa melakukan komunikasi secara tertulis. Diantara media yang sering digunakan untuk melakukan komunikasi tertulis ini diantaranya memo, surat, email, fax, sms, laporan berkala organisasi, pengumuman di papan, buletin dan alat-alat lain yang dikirimkan via kata-kata secara tertulis.
Salah satu keuntungan penggunaan komunikasi tulisan ini adalah karena komunikasi tulisan ini berwujud dan dapat dibuktikan atau dapat dijadikan sebagai bukti. Umumnya, baik pengirim maupun penerima memiliki catatan komunikasi. Pesan dapat disimpan dalam waktuyang lama. Jika ada pertanyaan mengenai isi pesan tersebut, maka secara referensi dicatat dan dapat dijadikan rujukan untuk referensi selanjutnya.
Kelebihan seperti ini tentu saja merupakan keuntungan tersendiri bagi sebuah organisasi. Misalnya saja pesan ini berisi tugas yang harus dikerjakan oleh anggota dari oragisasi tersebut selama beberapa bulan. Dengan menyampaikannya secara tertulis, maka ini dapat dijadikan pedoman selama tenggang waktu tertentu atau selama tugas dan tujuan tersebut belum tercapai.
selain mempunyai kelebihan seperti telah diutarakan diatas, pesan tertulis juga mempunyai kekurangan. Pesan tertulis dapat memakan waktu yang relatif lebih lama daripada pesan yang disampaikan melalui lisan. Dengan demikian meskipun menulis jauh lebih akurat tetapi menulis juga dapat memakan waktu yang relatif lama.
2.      Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Yang termasuk komunikasi non verbal :
1)             Ekspresi wajah, wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
2)             Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya.
3)             Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
4)             Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
5)             Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
6)             Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan. Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stres.[4]
D.    Hambatan Komunikasi
Stephen P. Robbins (2006), mengatakan bahwa ada enam hal yang dapat menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif, yaitu:
1.    Penyaringan
        Hambatan yang pertama dalam komunikasi adalah penyaringan. Penyaringan merupakan suatu proses komunikasi dimana tidak semua informasi disampaikan. Hanya informasi yang dirasa perlu dan menguntungkan saja yang disampaikan. Tetapi sekiranya informasi itu akan mendatangkan kerugian maka informasi tersebut tidak seutuhnya atau bahkan tidak sama sekali disampaikan.
        Sebab utama dari penyaringan adalah karena adanya jumlah lelvel dalam struktur organisasi. Semakin vertical level dalam hierarki organisasi, semakin banyak terjadinya peluang penyaringan. Factor-faktor seperti ketakutan menyampaikan kabar burukdan keinginan untuk menyenangkan atasan sering menyebabkan seseorang untuk memberi informasimengenai apa yang mereka pikiringin didengarkan oleh atasan mereka. Kondisi seperti ini mendistorsi komunikaso ke atas.
2.    Persepsi selektif
Biasanya penerima dalam proses komunikasi secara selektif menerima dan mendengar berdasarkan kebutuhan, motivasi, pengalaman, latar belakang, dan karakteristik personal lainnya. Para penerima juga menjelaskan minat dan harapan mereka ke dalam proses komunikasi. Dengan adanya persepsi selektif ini memungkinkan bagi kita untuk tidak melihat realitas tetapi menafsirkan apa yang kita lihat dan menyebutnya sebagai realitas.
3.      Informasi berlebih
Dalam proses komunikasi adakalanya seseorang menambah atau mengurangi informasi yang diddapat dan disampaikannya. Hal ini dikarenakan kapasitas seseorang untuk mengolah data terbatas. Sehingga ketika informasi yang diterima oleh seseorang melebihi kapasitasnya yang dapat mereka pilah dan gunakan maka orang akan cenderung menyeleksi, mengabaikan, melewati, atau melupakan informasi tersebut atau menghentikan pengolahan sampai situasi berlebih itu lewat. Tidak peduli apakah akibatnya kehilangan informasi ataupun komunikasi yang efektif.
4.      Emosi
Emosi dapat mempengaruhi komunikasi. Misalnya pesan yang diterima seseorang ketika ia sedang marah atau kesal dibandingkan dengan ketika ia sedang senang atau ceria akan berbeda tingkat keefektifan komunikasinya.
5.    Bahasa
Dalam bahasa yang kita gunakan sehari-hari, kerap kali ada kata yang bisa mengandung banyak makna ketika diucapkan. Usia, pendidikan, dan latar belakang budaya merupakan tiga dari variable-variabel yang begitu mempengaruhi bahasa yang digunakan seseorang dan definisi yang diberikan ke kata-kata itu.
Dalam sebuah organisasi biasanya terdiri dari anggota yang berbeda-beda, baik latar belakang pendidikan, budaya, dan usianya. Kemudian mereka juga dibagi-bagi kedalam beberapa hierarki organisasi sesuai dengan spesialisasinya masing-masing. Masalah dalam memahami penggunaan bahasa ini adalah anggota organisasi biasanya tidak tahu bagaimana orang yang dia ajak berinteraksi telah memodofikasi bahasa itu. Para pengirim cenderung berasumsi bahwa kata-kata dan istilah-istilah yang mereka gunakan adalah sama, baik bagi dirinya maupun bagi penerima informasi tersebut. Tentu saja hal semacam ini dapat menjadikan komunikasi menjadi tidak efektif.
6.    Kegelisahan komunikasi
Menurut Stephen P. Robbins (2006), diperkirakan 5-20% dalam populasi menderita kegelisahan atau kecemasan dalam melakukan komunikasi. Seringkali orang merasa takut ketika berbicara di depan umum. Mereka mengalami ketegangan dan kecemasan yang tidak pada tempatnya baik dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Berbagai studi menunjukkan bahwa orang seperti itu selalu menghindari situasi yang menuntut mereka terlibat dalam komunikasi.[5]


















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Komunikasi ialah penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim kepada penerima, baik secara lisan, tertulis maupun menggunakan alat komunikasi. Pertukaran informasi yang terjadi di antara pengirim dan penerima tidak hanya di lakukan dalam bentuk tertulis, tetapi juga menggunakan alat komunikasi canggih.
2.      Proses komunikasi:
a.       Pengirim (sender)
b.      Penyandian atau kode. (Encoding)
c.       Pesan (Message)
d.      Saluran (Channel)
e.       Penerima (Receiver)
f.       Penafsiran (Decoding)
g.      Umpan balik ( feedback )
h.      Gangguan (Noise)
3.      Terdapat tiga jenis komunikasi
a.       Komunikasi lisan
b.      Komunikasi tertulis
c.       Komunikasi non verbal yaitu komunikasi dengan bahasa tubuh.
4.      Hambatan dalam komunikasi yang efektif yaitu:
1.      Penyaringan
2.      persepsi selektif
3.      informasi berlebih
4.      Emosi
5.      bahasa, dan
6.      kegelisahan komunikasi




[1] Effendi, Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993), hal. 30
[2] Sopiah,. Perilaku organisasional.( Yogyakarta: C. V ANDI OFFSET, 2008), hal. 141
 
Stephen P Robbins, Prilaku organisasi jilid 2, (Jakarta: Indeks,2003).

No comments:

Post a Comment